Tangerang, GoBanten - Di tengah derasnya arus globalisasi dan persaingan internasional, pemuda Indonesia dihadapkan pada tantangan besar, yaitu kebijakan tarif ekonomi tinggi hingga 32% yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan simbol nyata dari tekanan ekonomi yang harus kita hadapi bersama.
Namun, sejarah membuktikan bahwa pemuda selalu menjadi ujung tombak perubahan. Ini bukan waktunya untuk mengeluh atau berdiam diri. Inilah saatnya untuk menguji mental baja pemuda—mental yang kritis dalam berpikir, tangguh dalam menghadapi, dan cerdas dalam menyikapi setiap tantangan.
Tarif tinggi? Itu bukan penghalang, melainkan pemicu semangat untuk membangun kemandirian ekonomi. Kita harus berani bangkit dan berinovasi. Mencintai produk lokal, membangun bisnis digital, memperkuat UMKM, dan menciptakan solusi-solusi baru yang dapat bersaing di kancah global.
Ketika dunia menutup pintu, pemuda Indonesia harus mampu menciptakan pintu-pintu baru. Mental yang adaptif dan kreatif akan membawa kita keluar dari ketergantungan dan menuju masa depan yang mandiri dan berdaulat.
Ingatlah, pemuda bukan hanya harapan bangsa, tetapi juga penggerak bangsa. Di tengah tantangan ini, kita tidak hanya bertahan, tetapi harus melesat maju.
"Tarif ekonomi 32% bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kebangkitan kita. Pemuda bukan korban kebijakan global. Kita adalah agen perubahan. Saat negara lain menutup pintu, kita membuka seribu pintu. Kita menciptakan solusi. Kita membangun kekuatan dari dalam diri kita sendiri. Sekarang bukan waktunya mengeluh, sekarang waktunya berinovasi." ujar Andy Tanu, Selasa (8/4/2025).
"Kita bangun mental tangguh, mental kreatif, mental positif. Itulah pemuda Indonesia." tegasnya.
Editor : Roby