JAKARTA, GoBanten.com -Kasus kematian balita di Sukabumi akibat cacingan kembali membuka perhatian publik terhadap lemahnya program kesehatan pencegahan penyakit tropis di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komite III DPD RI dr. Hj. Erni Daryanti, M. Biomed. menegaskan pentingnya penguatan program deworming atau pemberian obat massal cacingan.
“Kasus di Sukabumi membuat kita mempertanyakan keberlanjutan program penanggulangan cacingan, terutama deworming bagi anak prasekolah dan sekolah. Penanggulangan cacingan harus menjadi prioritas, sama pentingnya dengan pencegahan stunting,” ujar Erni dalam keterangan pers, Jumat (23/8/2025).
Menurut Erni, program Reduksi Cacingan yang diluncurkan Kementerian Kesehatan sejak 2019 menargetkan prevalensi cacingan turun di bawah 10% di setiap kabupaten/kota. Namun, implementasinya dinilai masih belum optimal.
WHO sendiri mengategorikan cacingan sebagai salah satu dari 20 penyakit tropis terabaikan (NTDs). Data Kementerian Kesehatan 2023 menyebutkan terdapat 236 kabupaten/kota di 28 provinsi yang masih endemis filariasis, dengan 9.906 kasus kronis tersebar di berbagai daerah.
Erni menegaskan, keberhasilan penanggulangan cacingan tidak hanya melalui obat massal, tetapi juga melalui perbaikan kualitas air, lingkungan bersih, serta sosialisasi perilaku hidup sehat.
“Penanggulangan cacingan mendukung penyerapan gizi, sehingga mencegah stunting. Keduanya saling terkait dalam mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan produktif menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Komite III DPD RI mendesak pemerintah agar program deworming dijalankan secara berkesinambungan sesuai amanat Permenkes No. 15/2017, minimal sekali dan maksimal dua kali dalam setahun, hingga prevalensi cacingan turun signifikan.
Editor : Sondang